pengalaman saya pada saat semester dua ya masih sama saja seperti seperti semester pertama karena masih baru-baru dan baru tingkat satu jadi pengalamannya masih sedikit, pada saat saya uas semester satu nilainya lumayan lah tidak jelek-jelek sekali dan waktu itu masih giat-giatnya belajar, sekarang saya masuk uas semester dua, mudah-mudahan nilai ip saya bagus amin. dan ini hari ke dua uas saya, semoga tidak ada yang di remedial. amin
Senin, 07 Juli 2014
KETUBAN PECAH DINI (KPD)
KETUBAN PECAH DINI
2.1 KELAINAN
AIR KETUBAN
2.1.1 KPSW
(KETUBAN PECAH SEBELUM WAKTUNYA)
I. Definisi
Ketuban pecah dini (KPD) atau ketuban pecah sebelum
waktunya (KPWS) adalah keluarnya cairan dari jalan lahir / vagina
sebelum proses persalinan, dan setelah ditunggu selama satu jam belum juga mulai ada tanda-tanda
inpartu. Eraly rupture of membrane adalah
ketuban yang pecah
pada saat fase laten. Hal ini bisa membahayakan karena dapat terjadi infeksi asenden
intrauterine. Penyebabnya
adalah ;
o
Multiparitas
o
Hidramnion
o
Kelainan letak: sungsang atau lintang
o
Cephalo pelvic disproportion (CPD)
o
Kehamilan ganda
o
Pendular abdomen (perut gantung)
II. Etiologi
a. persalinan
premature
b. korioamnionitis
terjadi dua kali sebanyak ketuban pecah dini
c. malposisi
atau malpresentasi janin
d. factor
yang mengakibatkan kerusakan serviks.
1. Pemakaian alat-alat pada serviks sebelumnya (aborsi
terapeutik, LEEP, dan sebagaainya)
2. Peningkatan
paritas yang memungkinkan kerusakan serviks selama pelahiran sebelumnya
3. Inkompetensi
serviks
e. Riwayat
ketuban pecah sebelum waktunya, sebelumnya sebanyak dua kali atau lebih
f. factor-faktor
yang berhubungan dengan berat badan ibu
1. Kelebihan
berat badan sebelum kehamilan
2. Penambahan
berat yang sedikit selama kehamilan
g. Merokok
selama kehamilan
h. Usia
ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat daripada ibu muda.
III.
Penatalaksanaan
A. Pencegahan
1. Obati
infeksi gonokokus, klamidia, dan vaginosis bacterial
2. Diskusikan
pengaruh merokok selama kehamilan dan dukung usaha untuk mengurangi atau
berhenti
3. Motivasi
untuk menambah berat badan yang cukup selama hamil
4. Anjurkan
pasangan agar menghemtikan koitus pada trimester akhir bila ada factor
predisposisi
B. Panduan
mengantisipasi : jelaskan kepada pasien yang memiliki riwayat berikut ini saat
prenatal bahwa mereka harus segera melapor bila ketuban pecah.
1. Kondisi
yang menyebabkan ketuban pecah dapat mengakibatkan prolapse tali pusat
a. Letak
kepala selain verteks
b. Polihidramnion
2. Herpes
aktif
3. Riwayat
infeksi streptokus beta hemolitikus sebelumnya
C. Bila
ketuban telah pecah
1. Anjurkan
pasien untuk pergi kerumah sakit atau ke klinik
2. Catat
terjadinya ketuban pecah
a. Lakukan
pengkajian secara seksama. Upayakan mengetahui wktu terjadinya pecah ketuban.
b. Bila
robekan ketuban tampak kasar :
1) Saat
pasien berbaring terlentang, tekan fundus untuk melihat adanya semburan cairan
pada vagina.
2) Basahi
kapas apusan dengan cairan dan lakukan pulasan pada slide untuk mengkaji
ferning dibawah miksroskop.
3) Sebagian
cairan diusap ke kertas nitrazene. Bila positive, pertimbangkan uji diagnostic
bila pasien sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual, tidak ada peerdarahan,
dan tidak dilakukan pemeriksaan pervagina menggunakan jelly K-Y
c.
Bila pecah ketuban dan/atau tanda
kemungkinan infeksi tidak jelas, lakukan pemeriksaan speculum steril.
1) Kaji
nilai bishop serviks
2) Lakukan
kultur serviks hanya bila ada tanda infeksi
3) Dapatkan
specimen cairan lain dengan lidi kapas steril yang dipulaskan pada slide untuk
mengkaji ferning dibawah mikroskop.
d. Bila
usia gestasi kurang dari 37 minggu atau pasien terjangkit herpes tipe 2, rujuk
kedokter.
D. Penatalaksanaan
konservatif
1. Kebanyakan
persalinan dimulai dalam 24-72 jam setelah ketuban pecah
2. Kemungkinan
infeksi berkurang bila tidak ada alat yang dimasukan ke vagina, kecuali
speculum steril, jangan melakukan pemeriksaan vagina
3. Saat
menunggu, tetap pantau pasien dengan ketat
a. Ukur
suhu tubuh empat kali: bila suhu meningkat secara signifikasi, dan atau
mencapai 38oc,, berikan 2 macam antibiotic dan pelahiran harus
diselesaikan.
b. Observasi
rabas vagina: bau menyengat, purulent atau tampak kekuningan menunjukkan adanya
infeksi.
c. Cact
bila ada nyeri tekan dan iritabiltas uterus serta laporkan serta laporkan
perubahan apa pun.
E. Penatalaksanaan
agresif
1. Jel
prostaglandin atau misoprostol (meskipun tidak disetujui penggunaannya) dapat
diberikan setelah konsultasi dengan dokter.
2. Mungkin
dibutuhkan rangkaian induksi Pitocin bila serviks tidak berespons
3. Beberapa
ahli menunggu 12 jam untuk terjadinya persalinan. Bila tidak ada tanda, mulai
pemberian Pitocin.
4. Berikan
cairan per IV, pantau janin
5. Peningkatan
resiko sesaria bila induksi tidak efektif
6. Bila
pengambilan keputusan bergantung pada kelayakan serviks untuk diinduksi, kaji
nilai bishoitung darah lengkap setelah
pemeriksaan speculum. Bila diputuskan untuk menunggu persalinan,tidak ada lagi
pemeriksaan yang dilakukan, baik manipulasidengan tangan maupun speculum,
sampai persalinan dimulai atau induksi dimulai
7. Periksa
hitung darah lengkap bila ketuban pecah. Ulangi pemeriksaan pada hari
berikutnya samapai pelahiran atau lebih sering bila ada tanda infeksi.
8. Lakukan
NST setelah ketuban pecah waspada adanya takikardia janin yang merupakan salah
satu tanda infeksi
9. Mulai
induksi konsultasi dengan dokter:
a. Suhu
tubuh ibu meningkat signifikan
b. Terjadi
takikardia janin
c. Lokia
tampak keruh
d. Iritabilatas
atau nyeri tekan uterus yang signifikasi
e. Kultur
vagina menunjukkan streptokus beta hemolitikus
f. Hitung
darah lengkap menunjukkan kenaikan sel darah putih
F. Penatalaksanaan
persalianan lebih dari 24 jam setelah ketuban pecah
1. Persalina
spontan
a. Ukur
suhu tubuh pasien 2 jam, berikan antibiotic bila ada demam
b. Anjurkan
pemantauan janin internal
c. Beritahu
dokter spesialis obstetri dan spesialis anak atu praktisi perawat neonates
d. Lakukan
kultur sesuai panduan
2. Induksi
persalinan
a. Lakukan
secara rutin sesetelah konsultasi dengan dokter
b. Ukur
suhu tubuh 2 jam
c. Antibiotic:
pemberian antibiotic memiliki beragam panduan banyak, yang memberikan 1-2g
ampisilin per IV atau 1-2g mefoxin per IV setiap 6 jam sebagai profilaksis.
Beberapa panduan lainnya menyarankan untuk mengukur suhu tubuh ibu dan DJJ
untuk menetukan kapan antibiotic mungkin diperlukan.
2.2
POLIHIDRAMNION
2.2.1 PENGERTIAN
POLIHIDROMNION
Polihidramnion atau disebut juga dengan hidramnion adalah keadaan dimana air ketuban melebihi 2000 ml. Hidramnion akut adalah penambahan air ketuban secara mendadak dan cepat dalam beberapa hari, biasanya terdapat pada kehamilan yang agak muda, bulan ke 5 dan ke 6. Hidramnion kronis adalah penambahan air ketuban secara perlahan-lahan, biasanya terjadi pada kehamilan lanjut. Diagnosis pasti bisa didapatkan dari pemeriksaan ultrasonografi (USG). Insidensi hidramnion adalah 1% dari semua kehamilan.
Polihidramnion atau disebut juga dengan hidramnion adalah keadaan dimana air ketuban melebihi 2000 ml. Hidramnion akut adalah penambahan air ketuban secara mendadak dan cepat dalam beberapa hari, biasanya terdapat pada kehamilan yang agak muda, bulan ke 5 dan ke 6. Hidramnion kronis adalah penambahan air ketuban secara perlahan-lahan, biasanya terjadi pada kehamilan lanjut. Diagnosis pasti bisa didapatkan dari pemeriksaan ultrasonografi (USG). Insidensi hidramnion adalah 1% dari semua kehamilan.
Air ketuban yang paling banyak pada
minggu ke -38 ialah 1030 cc, pada akhir kehamilan tinggal 790 cc, dan terus
berkurang sehingga pada minggu ke-43 hanya 240 cc. pada akhir kehamilan seluruh
air ketuban diganti dalam 2 jam berhubung adanya produksi dan pengaliran. Apabila
melebihi 2000 cc, disebut polihidramnion atau dengan singkat hidramnion.
Ada
2 macam hidramnion, yaitu:
1. Hidramnion
yang kronis penambahan air ketuban perlahan-lahan berangsur-angsur ini bentuk
yang paling umum.
2. Hidramnion
yang akut penambahan air ketuban terjadi dalam beberapa hari. Biasanya terjadi
pada kehamilan muda pada bulan ke-4 atau ke-5, hidramnion sering terjadi pada:
a. Cacat
janin terutama pada anensefal dan atresia esophagus.
b. Kehamilan
kembar
c. Beberapa
penyakit, seperti diabetes, preeklamsi, eritroblastosis fetalis.
2.2.2 Etiologi
Sampai sekarang penyebab hidramnion masih belum jelas. Pada banyak kasus hidramnion berhubungan dengan kelainan malformasi janin, khususnya kelainan sistem syaraf pusat dan traktus gastrointestinal. Namun secara teori, hidramnion bisa terjadi karena :
Sampai sekarang penyebab hidramnion masih belum jelas. Pada banyak kasus hidramnion berhubungan dengan kelainan malformasi janin, khususnya kelainan sistem syaraf pusat dan traktus gastrointestinal. Namun secara teori, hidramnion bisa terjadi karena :
o
Produksi air ketuban bertambah
Diduga air ketuban dibentuk oleh sel-sel amnion, tetapi air ketuban dapat bertambah cairan lain masuk kedalam ruangan amnion, misalnya air kencing janin dan cairan otak anensefalus.
Naeye dan Blanc (1972) mengidentifikasi dilatasi tubulus ginjal, bladder (vesica urinaria) ukuran besar, akan meningkatkan output urine pada awal periode pertumbuhan fetus, hal inilah yang meningkatkan produksi urine fetus yang mengakibatkan hidramnion.
Diduga air ketuban dibentuk oleh sel-sel amnion, tetapi air ketuban dapat bertambah cairan lain masuk kedalam ruangan amnion, misalnya air kencing janin dan cairan otak anensefalus.
Naeye dan Blanc (1972) mengidentifikasi dilatasi tubulus ginjal, bladder (vesica urinaria) ukuran besar, akan meningkatkan output urine pada awal periode pertumbuhan fetus, hal inilah yang meningkatkan produksi urine fetus yang mengakibatkan hidramnion.
o
Pengaliran air ketuban terganggu
Air ketuban yang dibentuk, secara rutin dikeluarkan dan diganti dengan yang baru. Salah satu cara pengeluaran adalah ditelan oleh janin, diabsorpsi oleh usus kemudian dialirkan ke plasenta untuk akhirnya masuk kedalam peredaran darah ibu. Ekskresi air ketuban ini akan terganggu bila janin tidak bisa menelan seperti pada atresia esofagus dan anensefalus.
Damato dan koleganya (1993) melaporkan bahwa dari 105 wanita yang diteliti cairan amnionnya, ditemukan hampir 65% dinyatakan hidramnion. Ada 47 orang hamil tunggal dengan satu atau lebih mengalami kelainan kongenital. Diantaranya kelainan gastrointestinal, sistem syaraf pusat, thorax, skeletal, kelainan kromosom (2 janin mempunyai trisomi 18—Edward syndrome dan dua janin dengan trisomi 21—Down syndrome), dan kelainan jantung. 19 orang wanita hamil kembar. Hidramnion berhubungan dengan kehamilan kembar monozigotik, hipotesis telah dibuktikan bahwa salah satu fetus menguasai satu bagian sirkulasi dari janin lainnya, dimana fetus yang satu ini mengalami cardiac hypertrofi dan produksi output urine yang meningkat.
Air ketuban yang dibentuk, secara rutin dikeluarkan dan diganti dengan yang baru. Salah satu cara pengeluaran adalah ditelan oleh janin, diabsorpsi oleh usus kemudian dialirkan ke plasenta untuk akhirnya masuk kedalam peredaran darah ibu. Ekskresi air ketuban ini akan terganggu bila janin tidak bisa menelan seperti pada atresia esofagus dan anensefalus.
Damato dan koleganya (1993) melaporkan bahwa dari 105 wanita yang diteliti cairan amnionnya, ditemukan hampir 65% dinyatakan hidramnion. Ada 47 orang hamil tunggal dengan satu atau lebih mengalami kelainan kongenital. Diantaranya kelainan gastrointestinal, sistem syaraf pusat, thorax, skeletal, kelainan kromosom (2 janin mempunyai trisomi 18—Edward syndrome dan dua janin dengan trisomi 21—Down syndrome), dan kelainan jantung. 19 orang wanita hamil kembar. Hidramnion berhubungan dengan kehamilan kembar monozigotik, hipotesis telah dibuktikan bahwa salah satu fetus menguasai satu bagian sirkulasi dari janin lainnya, dimana fetus yang satu ini mengalami cardiac hypertrofi dan produksi output urine yang meningkat.
2.2. 3 Diagnosis
a. Anamnesis
o
Perut terasa lebih besar dan lebih berat
dari biasa
o
Sesak nafas, beberapa ibu mengalami sesak
nafas berat, pada kasus ekstrim ibu hanya bisa bernafas bila berdiri
tegak
o
Nyeri ulu hati dan sianosis
o
Nyeri perut karena tegangnya uterus
o
Oliguria. Kasus sangat jarang terjadi. Hal
ini terjadi karena urethra mengalami obstruksi akibat uterus yang membesar
melebihi kehamilan normal.
b. Inspeksi
o
Perut terlihat sangat buncit dan tegang,
kulit perut mengkilat, retak-retak kulit jelas dan kadang-kadang umbilikus
mendatar
o
Ibu terlihat sesak dan sianosis serta
terlihat payah karena kehamilannya
o
Edema pada kedua tungkai, vulva dan
abdomen. Hal ini terjadi karena kompresi
o
terhadap sebagian besar sistem pembuluh
darah balik (vena) akibat uterus yang terlalu besar.
c. Palpasi
o
Perut tegang dan nyeri tekan
o
Fundus uteri lebih tinggi dari usia
kehamilan sesungguhnya
o
Bagian-bagian janin sukar dikenali
d. Auskultasi
o
Denyut jantung janin sukar didengar
e. Pemeriksaan penunjang
o
Foto rontgen (bahaya radiasi)
o
Ultrasonografi
o
Banyak ahli mendefinisikan hidramnion bila
index cairan amnion (ICA) melebihi 24-25 cm pada pemeriksaan USG.
o
Dari pemeriksaan USG, hidramnion terbagi
menjadi :
2.2.4 Prognosis
a. Pada Janin
o
Kelainan kongenital
o
Prematuritas
o
Prolapsus tali pusat
b. Pada Ibu
o
Solusio plasenta
o
Atonia uteri
o
Perdarahan postpartum
2.3 GEJALA-GEJALA
POLIHIDROMNION
2.3.1 Gejala-gejala disebabkan oleh
uterus yang sangat besar pada alat sekitarnya maka timbul:
1. sesak napas
2. edema
labia, vvulva, dan dinding perut
3. regangan
dinding rahim sendiri menimbulkan nyeri. Gejala-gejala lebih menonjol pada hidromnion yang akut.
4.
palpasi anak sulit.
5. bunyi
jantung sulit terdengar.
2.3.2 Penanganan
a. Pada masa hamil
Pada hidramnion ringan tidak perlu pengobatan khusus. Hidramnion sedang dengan beberapa ketidaknyamanan biasanya dapat diatasi, tidak perlu intervensi sampai persalinan atau sampai selaput membran pecah spontan. Jika terjadi sesak nafas atau nyeri pada abdomen, terapi khusus diperlukan. Bed rest, diuretik dan air serta diet rendah garam sangat efektif
Terapi indomethacin biasa digunakan untuk mengatasi gejala-gejala yang timbul menyertai hidramnion. Kramer dan koleganya (1994) melalui beberapa hasil penelitiannya membuktikan bahwa indomethacin mengurangi produksi cairan dalam paru-paru atau meningkatkan absorpsi, menurunkan produksi urine fetus dan meningkatkan sirkulasi cairan dalam membran amnion. Dosis yang boleh diberikan 1,5-3 mg/Kg per hari. Tetapi pada hidramnion berat maka penderita harus dirawat dan bila keluhan terlalu hebat dapat dilakukan amniosentesis (pengambilan sampel cairan ketuban melalui dinding abdomen). Prinsip dilakukan amniosintesis adalah untuk mengurangi distress pada ibu. Selain itu, cairan amnion juga bisa di tes untuk memprediksi kematangan paru-paru janin.
Pada hidramnion ringan tidak perlu pengobatan khusus. Hidramnion sedang dengan beberapa ketidaknyamanan biasanya dapat diatasi, tidak perlu intervensi sampai persalinan atau sampai selaput membran pecah spontan. Jika terjadi sesak nafas atau nyeri pada abdomen, terapi khusus diperlukan. Bed rest, diuretik dan air serta diet rendah garam sangat efektif
Terapi indomethacin biasa digunakan untuk mengatasi gejala-gejala yang timbul menyertai hidramnion. Kramer dan koleganya (1994) melalui beberapa hasil penelitiannya membuktikan bahwa indomethacin mengurangi produksi cairan dalam paru-paru atau meningkatkan absorpsi, menurunkan produksi urine fetus dan meningkatkan sirkulasi cairan dalam membran amnion. Dosis yang boleh diberikan 1,5-3 mg/Kg per hari. Tetapi pada hidramnion berat maka penderita harus dirawat dan bila keluhan terlalu hebat dapat dilakukan amniosentesis (pengambilan sampel cairan ketuban melalui dinding abdomen). Prinsip dilakukan amniosintesis adalah untuk mengurangi distress pada ibu. Selain itu, cairan amnion juga bisa di tes untuk memprediksi kematangan paru-paru janin.
b. Pada masa persalinan
Bila tidak ada hal-hal yang mendesak maka sikap kita adalah menunggu. Jika pada waktu pemeriksaan dalam ketuban tiba-tiba pecah, maka untuk menghalangi air ketuban mengalir keluar dengan deras, masukanlah tinju kedalam vagina sebagai tampon beberapa lama supaya air ketuban keluar pelan-pelan. Maksudnya adalah supaya tidak terjadi solusio plasenta, syok karena tiba-tiba perut kosong atau perdarahan postpartum karena atonia uteri .
Bila tidak ada hal-hal yang mendesak maka sikap kita adalah menunggu. Jika pada waktu pemeriksaan dalam ketuban tiba-tiba pecah, maka untuk menghalangi air ketuban mengalir keluar dengan deras, masukanlah tinju kedalam vagina sebagai tampon beberapa lama supaya air ketuban keluar pelan-pelan. Maksudnya adalah supaya tidak terjadi solusio plasenta, syok karena tiba-tiba perut kosong atau perdarahan postpartum karena atonia uteri .
c. Pada masa nifas
Observasi perdarahan postpartum
Observasi perdarahan postpartum
2.3.3 PENGOBATAN
Hidramnion yang
ringan tidak memerlukan terapi, dapat diberi sedative dan diet pantang garam
kalau perlu. Apabila ada dispneu dan pasien sukar berjalan sebaiknya ia
dirawat. Di rumah sakit ia diberikan istirahat rebah dan sedative serta apabila
pasien sangat menderita dan kurang tertolong dengan usaha-usaha tersebut diatas
dapat dilakukan unksi selaput janin melalui serviks atu dinding perut. Cairan
hendakanya dikeluarkan dengan perlahan-lahan untuk mencegah terjadinya solusio
plasenta. Punksi biasanya disusul dengan persalinan.
2.4 OLIGOHIDRAMNION
Jika air ketuban kurang dari 500 cc,
disebut oligohidramnion. Oligohidramnion kurang baik untuk pertumbuhan dapat
terganggu oleh perlengketan antara kulit janin dan amnion atau karena janin
mengalami tekanan dinding rahim.
Pada keadaan normal, cairan amnion
meningkat hingga sekitar 1 L atau lebih sedikit pada sekitar 36 minggu, tetapi
setelah itu berkurang, pada postmatur, mungkin hanya tersisa 100 hingga 200 ml
atau kurang. Pada beberapa kasus yang jarang, volume cairan amnion mungkijn
turun jauh dibawah batas normal dan jading-kadang berkurang hingga hanya
beberapa ml cairan kental. Berkurangnya volume cairan disebut oligohidramnion
dan secara sonografis didefinisikan sebagai indeks cairan amnion (AFI) 5 cm
atau kurang. Penyebab ke adaan ini belum sepenuhnya dipahami. Secara umum, oligohidramnion
yang terjadi pada awal kehamilan dan jarang dijumpai dan sering mrmiliki
prognosis buruk. Sebaiknya, berkurang volume cairan mungkin cukup sering
ditemukan pada kehamilan yang berlanjut melewati atterm. Risiko penekanan tali
pusat, dan pada gilirannya dostres janin, meningkat akibat berkurangnya cairan
amniojn pada semua persalinan, apalagi kehamilan postmatur.
2.4.1 GEJALA-GEJALA
1.
rahim lebih kecil dari sesuai dengan
tuanya kehamilan.
2.
bunyi jantung anak
sudah terdengar sebelum bulan ke-5 dan terdengar dengan lebih jelas (dengan
stetoskop).
3.
pergerakan anak dirasakan nyeri oleh ibu
dan sering berakhir dengan partus
prematurus.
2.4.2 PENGUKURAMN CAIRAN AMNION
Indeks
cairan amnion (amniotic fluid index, AFI) dihitung
dengan membagi uterus hamil menjadi empat kuadran dan meletakan transduser di
perut ibu sepanjang sumbu longitudinal. Dilakukan pengukuran garis tengah
vertical kantong cairan amnion yang paling besar di masing-masing kuadran dengan
tranduser diletakan tegaak lurus terhadap lantai. Hasil pengukuran dijumlah dan
dicatat sebagai AFI untuk kehamilan normal dari 16 hingga 42 minggu tercantum
di Apendiks B, “table acuan ultrasound” indeks cairan amnion cukup andal untuk
menentukan normal atau meningkatnya cairan “amnion, teteapi kurang akurat untuk
menetukan oligohidramnion. Beberapa factor mungkin mempengaruhi indeks cairan
amnio, termasuk cairan, termasuk ketinggian, dan pembatasan cairan ibu atau
dehidrasi.
2.4.3 OLIGOHIDRAMNION AWITAN DINI
Sejumlah keadaan dilaporkan berkaitan
dengan pengurangan cairan amnion. Oligohidramnion hampir selalu tampak jelas
jika terdapat obstruksi saluran kemih janin atau agnesis ginjal. Sebanyak 15
hingga 25 persen kasus yang dilaporkan berkaitan dengan anomaly-anomali janin.
Kebocoran kronis akibat adanya defek di membrane dapat cukup banyak mengursngi
volume cairan, tetapi umumnya segera terjadi persalinan. Terpejan inhibitor ACE
juga dilaporkan berkaitan dengan oligohidramnion.
2.4.4 Prognosis
Prognosis janin buruk pada
oligohidramnion awitan dini dan hanya separuh janin yang bertahan hidup. Sering
terjadi persalinan premature dan kematian neonates. Oligohidramnion dilaporkan
berkaitan dengan pelekatan antara amnion dan bagian-bagian janin serta dapat menyebabkan
cacat serius termasuk amputasi. Selain itu, dengan tidak adanya cairan amnion,
janin mengalami tekanan dari semua sisi
dan menunjukan penampilan yang aneh disertai cacat musculoskeletal seperti jari
tabuh.
2.4.5 OLIGOHIDRAMNION PADA KEHAMILAN LANJUT
Indeks cairan amnion yang kurang dari 5
cm setelah 34 inggu dilaporkan berkaitan
dengan peningkatan risiko kelainan hasil akhir janin. Sebagai contoh, kehamilan
dengan indeks cairan manion intrapartum kurang dari 5 cm beresiko besar
mengalami dseslerasi denyut jantung janin variable , sesar atas indikasi
distress janin, dan skor apgar 5 menit yang kurang dari 7. ( obstetric
William).
2.4.6 PEMERIKSAAN OLIGOHIDRAMNION
·
Laboratoruim lengkap
·
Fungsi alat vital
2.4.7 PENYEBAB OLIGOHIDRAMNION
·
Kelainan Kongenital
·
Post
Date
Pregnancy
·
Ketuban Pecah
Dini
2.4.8 DIAGNOSIS OLIGOHIDRAMNION
·
Anamnesa pecahnya ketuban
·
Amnioskopi
Untuk mengetahui oligohidramnion dengan jelas daoat dilakukan
tindakan “Amnioskopi” indikasi amnioskopi adalah :
1. Usiankehamilan
sudah diatas 37 minggu
2. Terdapat
preeclampsia berat atau eklamsia
3. Bad
obstetrics history
4. Terdapat
kemungkinan IUGR
5. Kelainan
ginjal
6. Kehamilan
post date
Hasil
yang diharapkan adalah :
1. Kekeruhan
air ketuban
2. Pewarnaan
dengan mekoneum
Komplikasi
tindakan amnioskopi adalah :
1. Terjadi
persalinan prematur
2. Ketuban
pecah menimbulkan persalinan premature
3. Terjadi
perdarahan-perlukan kanalis servikalis
4. Terjadi
infeksi asendes
·
Ultrasonografi
Teknik diagnosis
oligohidramnion dapat mempergunakan ultrasonografi yang dapat menentukan :
1. Amniotic
fluid index (AFI) kurang dari 5 cm
2. AFI
kurang dari 3 cm disebut moderate oligohidramnion
3. AFI
kurang dari 2-1 cm disebutnya severe oligohidramnion
2.4.9 Gambaran klinis
1. Uterus
tampak lebih kecil dari usia kehamilan
2. Ibu
merasa nyeri diperut pada setiap pergerakan anak
3. Sering
berakhir dengan partus prematurus
4. Bunyi
jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih jelas
5. Persalinan
lebih lama dari biasanya
6. Sewaktu
his akan sakit sekali
7. Bila
ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada keluar.
2.5 Akibat oligohidramnion
1.
Bila terjadi pada permulaan kehamilan maka janin akan
menderita cacat bawaan dan pertumbuhan janin terganggu bahkan bisa terjadi
partus prematurus.
2. Bila terjadi
pada kehamilan yang lebih lanjut akan terjadi cacat bawaan karena tekanan atau
kulit jadi tenal dan kering.
2.5.1 Penanganan
1.
ANC secara teratur
2.
Deteksi dini kelainan janin
3.
Deteksi dini penyakit dan komplikasi yang menyertai
kehamilan
4.
Konseling
5.
Pendidikan kesehatan
6.
Konsultasi dan kolaborasi
DAFTAR
PUSTAKA
Varney Helen. 2001, buku saku bidan, Jakarta : EGC
Morgan gery. 2009, obstetric dan ginekologi, Jakarta : EGC
Leveno, Kenneth J.
2009, obstetric Williams, Jakarta :
EGC
Langganan:
Postingan (Atom)